Punya tabungan masa depan itu penting sekali, apalagi kita yang sudah berkeluarga. Anak mau sekolah, jaminan di masa tua, dana kesehatan keluarga, dan banyak lagi lainnya yang tentunya membutuhkan dana. Lalu tabungan masa depan yang bagaimana yang diperlukan? tabungan bank apakah sudah okey? kalau saya pribadi sih tidak. Karena uang yang ditabung di bank, nilainya akan terus turun setiap tahunnya dimakan inflasi belum lagi dengan biaya administrasi yang selalu dipotong dari tabungan tiap bulannya. Ada banyak tabungan masa depan yang orang sering lakukan, ada dengan membeli emas, properti, reksadana, obligasi, unit link, dan lain lain. Kalau saya pribadi saat ini ada 2, yaitu properti dan saham. Wah..kenapa saham ya? kan sangat beresiko dan harus dimonitor terus? apa tidak takut rugi dengan naik turunnya harga saham? Well, itu saya pikir tergantung seberapa besar pengetahuan kita. Asal bisa memilih saham dan berpikir investasi, saya pikir kerugian tidak akan ada. Mereka yang cenderung rugi biasanya tidak tahu ilmu value investing, bersikap spekulan, dan cenderung bertindak sebagai trader dibanding investor. Nah untuk mengetahui detail, saya akan coba sharing singkat bagaimana saya berinvestasi masa depan di pasar saham.
Kenapa saham?
Alasan awal kenapa saya berinvestasi di saham karena saya tidak memiliki banyak waktu karena fokus utama saya mengurus bisnis NEO Digital, ingin berinvestasi yang likuid alias kapanpun saya butuh, uang bisa cepat dicairkan, dan terakhir tentunya kenaikan nilai aset yang besar diatas inflasi dan bunga deposito, bisa sekitar 10-20% pertahun.
Bagaimana memilih saham yang bagus?
Sebelum masuk kebagaimana memilih saham yang bagus, kita mesti paham dulu apa itu investasi saham. Saham adalah aset. Setiap lembar saham suatu perusahaan yang kita miliki adalah aset, bukti nyata bahwa kita memiliki perusahaan tersebut. Singkatnya, investasi saham adalah kegiatan pembelian aset yang diharapkan akan memberi keuntungan berupa kenaikan dari nilai aset itu sendiri, atau perolehan dividen. Untuk itu ketika kita membeli saham, kita harus tahu dulu kondisi perusahaan tersebut apakah dalam keadaan sehat atau tidak dan apakah memiliki prospektif untuk terus tumbuh di tahun-tahun mendatang. Nah, disini banyak kesalahan terjadi bagi banyak orang yang pertama kali terjun ke pasar modal. Sebagian besar dari mereka bukan melihat fundamental perusahaan tersebut sebagai yang utama, yang ada mereka hanya terpaku pada naik turunnya harga saham tiap harinya. Dan hasilnya bisa ditebak, mereka bukan berinvestasi tapi berdagang dan harga yang dijual-belikan bukanlah harga sebenarnya perusahaan alias tak mencerminkan dari nilai wajar perusahaan, melainkan harga yang dimainkan di pasar saham. Tidak salah menjadi trader, banyak juga yang mendapatkan keuntungan dari situ, cuma bagi kita yang tidak memiliki banyak waktu untuk mengurusnya, lebih baik jangan karena ini butuh tingkat kefokusan tinggi dan ilmu teknikal yang mumpuni. Kalau saya pribadi, lebih baik jadi investor.
Lalu sebelum membeli saham tersebut, analisa apa yang perlu kita lakukan?. Sebenarnya, prinsipnya sama apa yang kita lakukan ketika kita memutuskan mau berinvestasi ke bisnis mana yang menguntungkan. Analoginya seperti ini, contoh ada 2 usaha warung sate menawarkan kita untuk berinvestasi dengan janji ROI yang sangat menggiurkan. Lalu selanjutnya pasti kita akan melakukan analisa terhadap kedua warung sate tersebut. Warung sate 1 setiap harinya selalu ramai pembeli, 1 hari bisa laku 300 porsi sate, dan omzet Rp10.000.000/hari dengan laba bersih Rp5.000.000. Sedangkan warung sate 2 tidak terlalu ramai pembeli, 1 hari cuma laku 50 porsi, dan omzet Rp1.000.000/hari dengan laba bersih Rp500.000. Keduanya jika ditahunkan, warung sate 1 mendapatkan labar bersih Rp1.800.000.000, sedangkan warung sate 2 mendapatkan laba bersih Rp180.000.000. Dari informasi tersebut, tentunya kita bisa membaca warung sate mana yang menarik untuk dipilih. Warung sate 1 adalah juaranya. Nah, begitupun saat memilih saham mana yang bagus kita beli. Kita harus mengetahui kondisi perusahaan itu dan itu tidak terlalu sulit. Cukup analisa laporan keuangannya tiap kuartal, laporan tahunan, materi public expose, dan prospektus. Semua informasi itu mudah untuk didapat. Bisa di buka di website BEI http://www.idx.co.id ataupun website perusahaan yang sedang kita incar sahamnya.
1. Laporan keuangan.
Terbit setiap 3 bulan sekali, yaitu akhir bulan April (kuartal 1), akhir bulan Juli (kuartal 2), akhir bulan Oktober (kuartal 3), dan akhir bulan Maret (kuartal 4). Apa sih laporan keuangan itu? Menurut wikipedia, Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi :
- Neraca
- Laporan laba rugi komprehensif
- Laporan perubahan ekuitas
- Laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan berupa laporan arus kas atau
- laporan arus dana
- Catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan
Dengan membaca laporan keuangan, kita bisa mengetahui kondisi perusahaan tersebut sehat atau tidak. Nanti di artikel selanjutnya, saya akan sharing seputar ini.
2. Laporan Tahunan
Berisi informasi yang jauh lebih lengkap dari laporan keuangan, mulai dari sejarah perusahaan, keterangan bidang usaha yang dijalani perusahaan, profil direksi dan komisaris, informasi mengenai anak-anak usaha, kinerja lima tahun terakhir, dan seterusnya.
3. Public Expose
Kumpulan pertanyaan dari investor yang hadir di acara public expose-nya, beserta jawaban dari direktur perusahaan yang juga hadir di acara tersebut. Rata-rata pertanyaan-pertanyaannya yang muncul di acara public expose adalah pertanyaan-pertanyaan umum dan bisa jadi di antara itu semua ada yang menjadi pertanyaan kita juga.
4. Prospektus
Dokumen tebal yang berisi informasi terkait perusahaan, jika perusahaan tersebut henda IPO, right issue, atau menerbitkan obligasi. Ini artinya jika sebuah perusahaan sudah terdaftar di bursa sejak lama, tidak berniat right issue atau menerbitkan obligasi,maka praktis prospektusnya juga tidak ada.
Nah, untuk analisa cepat terlebih dahulu harus baca laporan keuangan, baru kemudian ke dokumen selanjutnya. Jika ternyata di laporan keuangan menyatakan perusahaan selalu rugi alisa laba minus, maka tidak perlu membuang waktu lama untuk membaca dokumen selanjutnya.
Menemukan Future Value Suatu Saham
Biasanya, hal pertama yang saya lakukan adalah mengetahui dahulu future value dari suatu saham atau disebut nilai perusahaan di masa yang akan datang. Ada beberapa komponen untuk menghitung future value tersebut, antara lain nilai ekuitas perusahaan, pendapatan serta laba bersih setiap tahunnya, dan terakhir ROE (Return On Equity) tiap tahunnya.
Sebagai contoh kita ambil saham dari BISI International. Pada akhir 2016, ekuitas (aset-aset bersih perusahaan setelah dikurangi liabilitas/kewajiban) adalah Rp2.06 triliun atau dengan kata lain bisa disebut present value. Kemudian jumlah saham yang beredar sebanyak 3 milliar lembar. Maka dari situ didapat present value atau bisa juga disebut book value senilai Rp687/lembar saham. Jika periode selanjutnya jumlah aset meningkat sedangkan jumlah saham beredar tetap, maka present value juga akan meningkat.

Kemudian di akhir tahun 2016, harga saham bisi diperdagangkan di pasar modal sebesar Rp1.783/lembar saham, artinya saham dihargai oleh pasar seharga 2.5 kali. Itu artinya ketika memutuskan berinvestasi senilai Rp25 juta di BISI, sama saja untuk mendapatkan bagian aset bersi BISI sebesar Rp10 juta (2.5 kali lipat). Angka 2.5 kali itulah yang disebut dengan price to book value atau PBV. Semakin tinggi angka PBV, maka itu berarti semakin mahal harga sahamnya. Pertanyaannya, dengan membeli saham BISI di harga 2.5 kali dari harga bukunya, apakah ini kemahalan? kalau kita lihat di present value, dirasa mahal. Cuma kalau dibandingkan dengan future value, bisa juga harga masih murah. Maka dari itu, kita harus mulai berhitung untuk menentukannnya.
Untuk perusahaan yang memilii future value haruslah selalu mendapatkan keuntungan tiap tahunnya sehingga akan berimbas kepada peningkatan asetnya / ekuitas. Mari kita lihat track record dari saham perusahaan BISI dari tahun 2012 hingga 2016.

Jika kita perhatikan data di atas, aset bersih BISI dari tahun 2012 sampai 2016 mengalami peningkatan konsiste n dan itupun diikuti dari peningkatan pendapatan serta laba bersih (memang terjadi penurunan sedikit di tahun 2013, namun itu tidak begitu berpengaruh karena nilainnya kecil dan kemudian di tahun selanjutnya peningkatan stabil). Lalu, cara sederhana dari begitu banya cara lainnya untuk menghitung future value, bisa dilakukan pendekatan ROE (Return on Equity), dimana nilai laba bersih dalam setahun dibandingkan dengan nilai aset bersih perusahaan. Di tahun 2016, aset BISI senilai Rp.2.063.239.000 dan laba bersih Rp336.140.000.000, maka ROE nya tinggal dibagi saja, laba bersih dibagi aset bersih BISI, dan didapat ROE 2016 yaitu 0.1629 atau 16.29%. Ini artinya, dengan aset bersih yang ada, dapat mencetak laba 16.29%. Berbahaya jika hasilnya minus atau setiap tahunnya growth-nya terus menurun, ini menandakan ada yang tidak beres.
Balik lagi ke harga saham, diketahui pada tahun 2016, saham BISI diperdagangkan di pasar modal senilai Rp1.783, apakah itu mahal?. Mari kita berhitung lagi untuk membuat proyeksi harga 5 tahun selanjutnya. Diketahui bahwa nilai rata-rata ROE dari tahun 2012 sampai 2016 di angka 11.82%, maka nilai saham di tahun 2017 sama dengan nilai saham saat ini/present value yang diketahui di tahun 2016 adalah Rp1.783/saham ditambah dengan 11.82% dari nilai saham itu.

Di dapat, nilai saham di tahun 2021 sama dengan Rp3.117/saham. Inilah yang disebut future value. Kenapa kok diambil 5 tahun? karena kalau diambil cuma 2 tahun, nilainya terlalu rendah dan tidak begitu mencerminkan growth dari perusahaan tersebut.
Pertanyaan selanjutnya, seberapa yakin bahwa future value akan senilai Rp3.117/saham? sebenarnya jika BISI bisa mempertahankan growth yang stabil seperti 5 tahun sebelumnya, maka tidak sulit mengasumsikan bahwa dalam 5 tahun kedepan, ROE 11.82% bisa terus naik bahkan bisa jadi nilai ROE tersebut akan meningkat lebih dari yang kita proyeksikan karena jika kita lihat trendnya, setiap tahun ROE dari BISI terus meningkat, di tahun 2016 saja pencapainnya hingga 16.29%.
Begitulah cara sederhana, tahap awal dalam menganalisa harga saham. Selanjut yang harus dilakukan adalah validasi hasil riset kita dengan informasi-informasi lainnya sesuai dengan apa yang sudah saya bicarakan diatas (4 dokumen yang harus dianalisa).
Buku Rekomendasi Untuk Dibaca
Nah, tentu dalam belajar, kita perlu referensi buku yang perlu dibaca. Jujur, kalau saya baru ada 3 buku yang saya baca, 2 buku hardcopy dan 1 ebook.

Buku pertama adalah Value Investing, karya Teguh Hidayat. Buku ini sangat bagus bagi kita yang baru mulai berinvestasi saham. Pemaparannya sangat mudah dimengerti.
Buku kedua adalah The Intelligent Investor, karya Benjamin Graham. Beliau adalah tokoh perintis value investing dan telah menjadi inspirator bagi banyak pembisnis sukses masa kini. Beliau juga adalah guru bagi Warren Buffett dalam berinvestasi, orang yang paling berpengaruh setelah ayahnya.
Buku ketiga adalah kumpulan surat Warren Buffett untuk para pemegang saham perusahaanya.
Well, terima kasih buat semuanya yang membaca artikel part 1 ini. Semoga bisa bermanfaat bagi kalian semua. Untuk part 2 nya, silahkan dibuka halaman berikut Tabungan Investasi Masa Depan Di Pasar Saham Part 2 .
Follow instagram saya @agaiqbal
Alhamdulillah..suka dengan tulisan ini…semoga sukses selalu buat penulis..