The Power of Now, Hidup Lebih Tenang dengan Mindfulness

The Power of Now, Hidup Lebih Tenang dengan Mindfulness

Di dunia yang serba cepat ini, kita sering kali terjebak dalam pikiran tentang masa lalu dan masa depan. Kita menghabiskan banyak waktu menyesali keputusan yang udah lewat atau khawatir tentang apa yang akan terjadi besok. Kita jarang benar-benar hadir di momen sekarang, padahal kalau dipikir-pikir, satu-satunya waktu yang benar-benar kita miliki ya cuma sekarang ini. Itulah inti dari The Power of Now, buku karya Eckhart Tolle yang ngajarin kita gimana caranya hidup lebih mindful, lebih damai, dan nggak gampang stress dengan hal-hal yang sebenarnya belum tentu kejadian.

Tolle bilang kalau banyak dari kita hidup dalam ilusi waktu. Kita merasa hidup kita dikendalikan oleh apa yang terjadi di masa lalu atau apa yang akan terjadi di masa depan. Padahal, masa lalu udah nggak bisa diubah, dan masa depan itu belum terjadi. Kita sering banget terjebak dalam pemikiran yang bikin overthinking—entah itu karena trauma lama, penyesalan, atau ketakutan akan hal-hal yang belum tentu terjadi. Ini yang bikin kita gampang stres, gelisah, dan sulit menikmati hidup.

Pikiran kita suka banget bikin skenario sendiri. Misalnya, kita lagi duduk santai di rumah, tapi tiba-tiba kepikiran, “Dulu kenapa gue nggak ngambil kesempatan itu ya?” atau “Besok gimana kalau gue gagal?” Padahal, saat itu juga, nggak ada yang benar-benar terjadi. Yang ada cuma kita, duduk, di tempat yang sama, tanpa ada masalah nyata di depan mata. Tapi otak kita terus menciptakan drama yang bikin kita gelisah. Dan makin kita larut dalam pikiran-pikiran ini, makin sulit kita untuk benar-benar menikmati hidup.

Mindfulness adalah seni untuk kembali ke saat ini. Ini bukan cuma soal meditasi atau pernapasan dalam-dalam, tapi soal bagaimana kita bisa benar-benar hadir dalam setiap momen tanpa terjebak dalam pikiran yang nggak perlu. Ketika kita makan, ya makan aja, rasain tekstur dan rasanya. Ketika kita ngobrol sama orang lain, ya fokus aja sama percakapan, nggak sibuk cek HP atau mikirin kerjaan lain. Kedengerannya simpel, tapi prakteknya susah banget karena kita udah terbiasa multitasking dan hidup di dalam kepala kita sendiri.

Banyak orang yang merasa mindfulness itu terlalu abstrak atau nggak realistis buat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tapi sebenarnya, ini adalah skill yang bisa dilatih. Salah satu cara paling mudah buat mulai adalah dengan memperhatikan pernapasan. Napas adalah satu-satunya hal yang selalu ada di saat ini. Coba deh, kapan terakhir kali kita benar-benar sadar sama cara kita bernapas? Kebanyakan dari kita ambil napas otomatis tanpa pernah benar-benar merasakannya. Padahal, dengan fokus ke napas, kita bisa langsung balik ke momen sekarang dan keluar dari pikiran yang berisik.

Ada juga teknik yang disebut sebagai “body scan”. Ini latihan simpel di mana kita mengarahkan perhatian ke tiap bagian tubuh kita, mulai dari kepala sampai kaki. Tujuannya adalah buat nge-ground diri kita ke saat ini. Ketika kita benar-benar merasakan keberadaan tubuh kita, kita jadi lebih sadar dan nggak gampang hanyut dalam pikiran yang nggak jelas.

Dalam The Power of Now, Tolle juga menjelaskan tentang konsep ego dan bagaimana ego ini sering kali jadi sumber penderitaan kita. Ego adalah suara di kepala yang selalu membandingkan, menghakimi, dan menciptakan cerita tentang siapa kita. Ego ini yang bikin kita selalu merasa kurang, selalu merasa harus lebih baik, lebih sukses, lebih dihargai orang lain. Dan semakin kita terikat dengan ego ini, semakin kita jauh dari ketenangan.

Misalnya, kita baru aja dapet pencapaian yang kita banggakan, tapi ego langsung muncul dan bilang, “Kurang, lo harus lebih sukses lagi.” Atau kalau kita lagi gagal, ego bilang, “Lo nggak cukup baik.” Ego nggak pernah puas, selalu cari alasan buat bikin kita merasa nggak cukup. Dan satu-satunya cara buat lepas dari ego ini adalah dengan menyadari bahwa kita bukan pikiran kita. Kita adalah kesadaran di balik pikiran itu. Begitu kita bisa melihat ego kita dengan jelas, kita nggak akan gampang terjebak dalam dramanya.

Salah satu hal menarik dari buku ini adalah bagaimana Tolle menjelaskan bahwa kebahagiaan bukan sesuatu yang harus kita kejar. Banyak orang berpikir kalau mereka harus mencapai sesuatu dulu baru bisa bahagia—dapat promosi, punya pasangan, beli rumah impian. Tapi kalau kita selalu berpikir seperti itu, kita nggak akan pernah benar-benar bahagia. Kita selalu menunda kebahagiaan ke masa depan yang belum tentu terjadi.

Padahal, kebahagiaan itu ada di saat ini. Kita bisa memilih buat bahagia sekarang, tanpa nunggu kondisi eksternal berubah. Ini bukan berarti kita nggak punya ambisi atau tujuan, tapi kita belajar buat nggak menggantungkan kebahagiaan kita pada sesuatu yang belum terjadi. Kita belajar buat menikmati setiap prosesnya, bukan cuma hasil akhirnya.

Banyak orang yang merasa susah buat berhenti overthinking karena mereka merasa kalau mereka nggak mikirin masalah mereka, maka hidup mereka akan berantakan. Tapi justru sebaliknya, semakin kita overthinking, semakin kita kehilangan ketenangan. Kita bisa tetap mikirin masalah dan mencari solusi tanpa harus terus-menerus tenggelam dalam kecemasan. Salah satu cara buat melatih ini adalah dengan membedakan antara thinking dan observing your thoughts.

Thinking adalah ketika kita tenggelam dalam pikiran kita, tanpa sadar bahwa kita lagi berpikir. Observing thoughts adalah ketika kita sadar bahwa ada pikiran yang datang, tapi kita nggak terbawa oleh mereka. Bayangin aja kayak kita lagi duduk di pinggir jalan dan melihat mobil lewat. Kalau kita ikut masuk ke mobil itu, kita terbawa. Tapi kalau kita cuma ngeliatin mobil itu lewat, kita tetap tenang. Begitu juga dengan pikiran kita.

Banyak orang yang baru pertama kali latihan mindfulness akan merasa frustrasi karena pikiran mereka tetap aja sibuk. Tapi sebenarnya, itu hal yang normal. Pikiran memang diciptakan buat terus berpikir, tugas kita bukan buat menghentikan pikiran, tapi buat nggak terikat sama mereka. Semakin kita sering latihan, semakin gampang kita buat tetap tenang walaupun pikiran kita berisik.

Ketenangan bukan sesuatu yang harus dicari, karena sebenarnya ketenangan itu selalu ada di dalam diri kita. Yang bikin kita nggak tenang adalah karena kita terlalu sibuk lari dari satu pikiran ke pikiran lain. Kalau kita bisa berhenti sejenak dan benar-benar hadir di saat ini, kita bakal sadar kalau sebenarnya nggak ada yang perlu dikejar. Kita bisa menikmati hidup apa adanya, tanpa perlu terburu-buru atau takut ketinggalan sesuatu.

Pada akhirnya, hidup yang damai itu bukan tentang menghindari masalah, tapi tentang gimana kita bisa tetap tenang di tengah segala kekacauan yang ada. Mindfulness bukan berarti kita jadi pasif atau nggak peduli sama hidup, tapi justru bikin kita lebih jernih dalam mengambil keputusan dan lebih menikmati perjalanan. Karena pada akhirnya, satu-satunya waktu yang kita punya ya cuma sekarang.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.