Negativity Bias, Kenapa Lebih Mudah Ingat yang Buruk daripada yang Baik

Pernah nggak sih, kita ngalamin satu hari yang sebenarnya bagus-bagus aja, tapi tiba-tiba ada satu kejadian kecil yang bikin mood langsung anjlok? Misalnya, pagi-pagi dapat kabar bagus, kerjaan lancar, makan siang enak, tapi pas sore ada satu orang ngomong sesuatu yang nggak enak, dan tiba-tiba semua hal baik hari itu jadi nggak ada artinya. Rasanya kayak kejadian buruk itu lebih besar dan lebih penting daripada semua hal positif yang udah terjadi.

Nah, ini yang disebut sebagai negativity bias. Secara alami, otak manusia lebih fokus ke hal-hal negatif daripada hal-hal positif. Ini bukan sekadar kebetulan atau karena kita pesimis, tapi memang otak kita udah diprogram sejak zaman purba buat lebih peka terhadap ancaman dan bahaya. Dulu, nenek moyang kita harus selalu waspada terhadap bahaya, entah itu predator, cuaca buruk, atau makanan beracun. Kalau mereka terlalu santai dan cuma fokus ke hal-hal positif, mereka bakal gampang lengah dan bisa mati lebih cepat.

Karena itulah, sampai sekarang pun otak kita masih lebih gampang mengingat dan merespons hal-hal negatif dibanding hal positif. Bahkan dalam kehidupan modern yang jauh lebih aman, kita tetap lebih gampang stres gara-gara komentar pedas seseorang daripada merasa bahagia karena pujian dari sepuluh orang lainnya.

Negativity bias ini juga berpengaruh dalam banyak aspek hidup, termasuk hubungan sosial. Dalam hubungan pertemanan, keluarga, atau bahkan hubungan asmara, satu kesalahan kecil bisa lebih membekas daripada ratusan kebaikan yang sudah dilakukan. Pernah nggak, kita ngalamin hubungan yang baik-baik aja selama bertahun-tahun, tapi begitu ada satu kesalahan, langsung terasa kayak semuanya berubah? Padahal, kalau dihitung-hitung, jumlah momen baik jauh lebih banyak daripada momen buruk, tapi tetap aja yang buruk lebih nempel di kepala.

Dalam dunia kerja juga sama. Kita bisa aja udah kerja keras berbulan-bulan, tapi begitu ada satu kesalahan, bos atau klien langsung fokus ke kesalahan itu. Satu email typo atau satu proyek yang gagal bisa bikin semua keberhasilan sebelumnya seakan nggak ada artinya. Ini yang bikin banyak orang jadi takut bikin kesalahan dan akhirnya lebih memilih buat main aman, daripada mengambil risiko yang sebenarnya bisa membawa dampak besar.

Media juga sangat paham dengan negativity bias ini. Coba lihat berita di TV atau media sosial, kebanyakan isinya tentang bencana, kejahatan, konflik, dan hal-hal negatif lainnya. Kenapa? Karena berita buruk lebih menarik perhatian dan lebih gampang bikin orang bereaksi. Kalau ada berita tentang sesuatu yang positif, mungkin kita bakal lihat sekilas lalu scroll lagi. Tapi kalau ada berita negatif, kita bisa terpaku dan terus mengikuti perkembangannya.

Di dunia bisnis, negativity bias juga punya dampak besar. Coba bayangkan, kita lagi cari review tentang sebuah produk. Kalau ada sepuluh review positif dan satu review negatif, biasanya yang paling kita ingat adalah yang negatif. Bahkan, kita bisa jadi ragu buat beli produk itu cuma karena satu orang bilang produknya jelek, meskipun sembilan orang lainnya bilang bagus.

Negativity bias juga menjelaskan kenapa banyak orang lebih takut kehilangan daripada berani mengambil kesempatan. Dalam investasi, misalnya, orang lebih fokus pada kemungkinan rugi daripada kemungkinan untung. Padahal, dalam jangka panjang, peluang keuntungan bisa jauh lebih besar. Ini yang bikin banyak orang ragu buat mulai investasi dan akhirnya ketinggalan kesempatan buat membangun kekayaan.

Salah satu dampak terbesar dari negativity bias adalah bagaimana kita menilai diri sendiri. Banyak orang yang punya kepercayaan diri rendah bukan karena mereka nggak punya kelebihan, tapi karena mereka lebih fokus pada kekurangan mereka. Satu kegagalan bisa terasa lebih besar daripada sepuluh keberhasilan. Ini yang bikin banyak orang akhirnya merasa nggak cukup baik, meskipun sebenarnya mereka udah punya banyak pencapaian.

Tapi, bukan berarti negativity bias ini nggak bisa dikendalikan. Salah satu cara buat mengatasinya adalah dengan lebih sadar terhadap cara kerja otak kita. Begitu kita tahu bahwa otak memang cenderung lebih fokus ke hal negatif, kita bisa mulai melatih diri buat lebih memberi perhatian pada hal-hal positif.

Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan latihan gratitude atau bersyukur. Setiap hari, coba ingat atau tulis tiga hal baik yang terjadi, sekecil apa pun itu. Bisa tentang makanan yang enak, cuaca yang cerah, atau obrolan seru dengan teman. Ini mungkin kelihatan sepele, tapi kalau dilakukan secara rutin, ini bisa membantu otak kita lebih terbiasa melihat sisi positif dalam hidup.

Cara lain adalah dengan melatih positive self-talk. Ketika kita mulai merasa down karena satu hal buruk, coba ingatkan diri sendiri tentang semua hal baik yang udah terjadi. Kalau kita merasa gagal dalam satu hal, coba pikirkan hal-hal lain yang udah berhasil kita lakukan. Ini bukan berarti kita harus mengabaikan kesalahan atau menghindari kritik, tapi lebih ke menyeimbangkan cara kita melihat diri sendiri dan dunia di sekitar kita.

Dalam hubungan sosial, kita juga bisa melatih diri buat lebih fokus ke kebaikan orang lain daripada kesalahan mereka. Daripada mengingat satu kesalahan yang dilakukan teman atau pasangan kita, coba pikirkan semua hal baik yang udah mereka lakukan. Ini bisa membantu kita lebih mudah memaafkan dan mempertahankan hubungan yang sehat.

Negativity bias memang bagian alami dari cara kerja otak manusia, tapi bukan berarti kita harus terus-menerus terjebak dalam pola pikir ini. Dengan lebih sadar terhadap bagaimana otak kita bekerja, kita bisa mulai mengubah cara kita merespons dunia di sekitar kita. Kita bisa memilih buat lebih fokus pada hal-hal positif, bukan dengan mengabaikan yang negatif, tapi dengan menyeimbangkan perspektif kita.

Pada akhirnya, hidup ini nggak sempurna. Akan selalu ada hal-hal buruk yang terjadi, tapi di antara semua itu, selalu ada juga hal-hal baik yang bisa kita syukuri. Dan semakin kita melatih diri buat melihat yang baik, semakin ringan hidup yang kita jalani.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.