The Art of Saying No

the art of saying no

Di dunia yang serba cepat ini, kita sering diajarkan buat jadi orang yang selalu berkata “iya.” Kita diajarkan buat nggak mengecewakan orang lain, buat selalu ada di setiap kesempatan, dan buat nggak menyia-nyiakan peluang. Tapi, ada satu hal yang jarang diajarkan: seni mengatakan “tidak.” Ini mungkin terdengar sepele, tapi faktanya, banyak orang yang hidupnya berantakan karena mereka nggak bisa bilang “tidak” di saat yang seharusnya.

Pernah nggak sih, merasa terlalu sibuk sampai nggak punya waktu buat diri sendiri? Atau sering merasa terbebani dengan pekerjaan dan permintaan orang lain, tapi nggak bisa nolak karena takut dianggap nggak peduli? Itu karena kita sering kali merasa wajib buat menyenangkan orang lain, bahkan ketika itu mengorbankan waktu, energi, dan kebahagiaan kita sendiri. Padahal, kalau dipikir-pikir, nggak semua permintaan harus kita penuhi, dan nggak semua kesempatan harus kita ambil.

Salah satu alasan kenapa banyak orang susah bilang “tidak” adalah karena kita takut mengecewakan orang lain. Kita nggak mau dianggap egois atau nggak peduli. Kita takut kalau kita nolak, kita bakal kehilangan peluang, kehilangan pertemanan, atau bahkan kehilangan pekerjaan. Rasa takut ini wajar, tapi kalau terus dibiarkan, kita bisa jadi orang yang gampang dimanfaatkan, terlalu sibuk dengan hal yang nggak penting, dan akhirnya nggak punya waktu buat hal-hal yang benar-benar berarti buat kita.

Ada satu cerita yang cukup menarik tentang ini. Seorang teman pernah cerita kalau dia sering banget dimintai tolong sama kolega di kantornya. Awalnya dia senang karena merasa dibutuhkan. Tapi lama-lama, dia sadar kalau dia jadi orang yang selalu kebagian kerjaan tambahan yang sebenarnya bukan tugasnya. Dia capek, pekerjaannya sendiri jadi keteteran, dan dia mulai merasa kesel karena orang lain jadi menganggapnya sebagai “pembuang sampah” tugas mereka. Sampai suatu hari, dia mulai belajar bilang “tidak.” Dia belajar buat menetapkan batasan. Dan hasilnya? Awalnya memang ada beberapa orang yang kecewa, tapi pada akhirnya, dia merasa lebih bebas, lebih produktif, dan lebih dihargai.

Menolak sesuatu bukan berarti kita jahat atau egois. Menolak sesuatu artinya kita sadar bahwa waktu dan energi kita terbatas, dan kita mau menggunakannya dengan cara yang lebih efektif. Kalau kita selalu bilang “iya” buat semua hal, kita bakal berakhir dengan jadwal yang penuh, pekerjaan yang menumpuk, dan stres yang nggak ada habisnya. Padahal, waktu kita di dunia ini terbatas, dan kalau kita terus-terusan melakukan hal yang bukan prioritas kita, kita bakal kehilangan kesempatan buat fokus ke hal-hal yang benar-benar penting.

Orang-orang sukses itu bukan karena mereka melakukan semuanya, tapi karena mereka tahu mana yang harus mereka lakukan dan mana yang harus mereka tolak. Steve Jobs pernah bilang bahwa fokus bukan berarti bilang “iya” ke banyak hal, tapi berani bilang “tidak” ke hal-hal yang nggak benar-benar penting. Dia tahu bahwa kalau dia mengambil terlalu banyak proyek, dia nggak akan bisa maksimal di satu hal pun.

Di dunia bisnis, ini juga berlaku. Banyak pengusaha yang gagal bukan karena mereka malas atau nggak punya ide bagus, tapi karena mereka terlalu banyak mengejar peluang tanpa fokus. Mereka takut kehilangan kesempatan, jadi mereka mencoba semua hal sekaligus. Akhirnya, mereka kelelahan, sumber daya mereka tersebar, dan mereka kehilangan arah. Sebaliknya, bisnis yang sukses biasanya adalah bisnis yang tahu kapan harus bilang “tidak.” Mereka tahu kapan harus menolak proyek yang nggak sesuai dengan visi mereka, kapan harus menolak klien yang terlalu menuntut, dan kapan harus menolak peluang yang kelihatannya bagus tapi sebenarnya nggak cocok buat mereka.

Dalam kehidupan sehari-hari, seni mengatakan “tidak” juga penting buat menjaga kesehatan mental. Berapa banyak orang yang merasa stres karena mereka terlalu banyak janji? Berapa banyak orang yang merasa terbebani karena mereka terlalu sering mengiyakan permintaan orang lain? Kadang kita merasa bersalah kalau kita nolak ajakan nongkrong, nolak ikut proyek baru, atau nolak bantu teman. Tapi kalau kita nggak pernah menetapkan batasan, kita bakal terus hidup dalam tekanan yang nggak perlu.

Belajar bilang “tidak” juga bisa membantu kita punya hubungan yang lebih sehat dengan orang lain. Kalau kita selalu mengiyakan semua permintaan orang, kita bakal merasa capek dan bisa jadi kesal tanpa alasan yang jelas. Kita mungkin mulai merasa bahwa orang-orang di sekitar kita hanya memanfaatkan kita. Padahal, masalahnya bukan pada mereka, tapi pada kita yang nggak berani bilang “tidak.” Orang-orang yang benar-benar peduli sama kita nggak akan marah kalau kita sesekali menolak permintaan mereka. Mereka bakal menghargai batasan yang kita tetapkan.

Tapi gimana cara bilang “tidak” tanpa merasa bersalah? Salah satu caranya adalah dengan memberi alasan yang jelas. Misalnya, kalau ada teman yang ngajak nongkrong tapi kita lagi capek, kita bisa bilang, “Sorry, gue lagi butuh istirahat.” Atau kalau ada orang yang minta bantuan tapi kita lagi sibuk, kita bisa bilang, “Maaf banget, gue lagi ada prioritas lain sekarang.” Kita nggak perlu merasa harus selalu menjelaskan diri kita, tapi kalau itu bisa membuat kita lebih nyaman, nggak ada salahnya.

Kadang kita juga bisa menolak dengan alternatif. Misalnya, kalau seseorang minta kita bantu sesuatu tapi kita nggak bisa, kita bisa bilang, “Gue nggak bisa bantu sekarang, tapi mungkin lo bisa coba cara ini…” atau “Gue lagi sibuk, tapi mungkin lo bisa minta bantuan ke orang lain yang lebih punya waktu.” Dengan begitu, kita tetap bisa menolak tanpa merasa bersalah.

Yang terpenting adalah kita harus sadar bahwa mengatakan “tidak” itu bukan sesuatu yang buruk. Justru, itu adalah tanda bahwa kita menghargai diri kita sendiri. Kalau kita terus-menerus mengiyakan semua hal tanpa berpikir, kita bisa kehilangan kendali atas hidup kita sendiri. Kita jadi hidup buat menyenangkan orang lain, bukan buat diri kita sendiri.

Seni mengatakan “tidak” ini butuh latihan. Awalnya mungkin kita bakal merasa canggung, merasa bersalah, atau bahkan takut kehilangan sesuatu. Tapi semakin kita melakukannya, semakin kita sadar bahwa menolak sesuatu yang bukan prioritas kita justru bikin hidup lebih tenang, lebih terarah, dan lebih produktif.

Pada akhirnya, hidup adalah soal pilihan. Kita bisa memilih buat terus-terusan bilang “iya” dan akhirnya kewalahan, atau kita bisa belajar buat bilang “tidak” dan mengambil kendali atas hidup kita sendiri. Kita nggak bisa menyenangkan semua orang, dan itu nggak masalah. Yang penting adalah kita bisa menyenangkan diri kita sendiri dengan menjalani hidup yang sesuai dengan nilai dan tujuan kita.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.