
Di dunia yang makin berisik ini, banyak banget orang kejebak sama ilusi viral. Seolah-olah kalau pengen sukses, bisnis harus viral dulu. Harus trending, harus heboh, harus diliput sana-sini. Harus ada momen “meledak” yang bikin semua orang ngomongin. Padahal, kalau kita jujur sama realita, viral itu kayak kembang api. Indah, mencolok, dan wow… tapi cuma sesaat. Setelah itu? Ya selesai. Sunyi lagi. Dan kita kembali ke titik awal, ngurusin real business yang harus tetap jalan dari hari ke hari.
Masalahnya, hari ini orang lebih seneng ngejar sensasi dibanding ngebangun fondasi. Semua pengen cepet, semua pengen shortcut. Sementara bisnis—apalagi yang pengen awet—nggak pernah bisa dibangun dalam semalam. Kita boleh banget bangga sama campaign yang dapet seratus ribu likes atau video yang views-nya jutaan. Tapi pertanyaannya, apakah itu ngasih impact jangka panjang? Apakah itu bikin bisnis kita lebih kuat? Atau justru malah bikin kita lupa tujuan awal dan sibuk ngejar sensasi terus?
Kita bisa belajar dari banyak bisnis yang meledak sesaat, tapi nggak siap sustain. Orderan numpuk, tapi sistem berantakan. CS kalang kabut, barang telat kirim, rating jelek menumpuk. Dan akhirnya? Pelanggan pergi. Karena ekspektasi yang dibangun dari viral nggak bisa dijaga. Orang-orang yang dateng karena hype, juga pergi bareng hype itu sendiri. Yang tertinggal cuma kita, capek, frustasi, dan bingung kenapa hasilnya nggak sebanding sama effort.
Sementara di sisi lain, ada brand yang nggak pernah viral. Nggak pernah trending. Tapi mereka konsisten. Upload konten tiap hari, meskipun views-nya kecil. Bangun komunikasi rutin sama audiens, meskipun belum banyak yang bales. Kirim produk tepat waktu, meskipun ordernya masih satuan. Mereka terus jalan. Terus belajar. Terus improve. Tanpa drama, tanpa gimik. Tapi pelan-pelan, mereka mulai dapet tempat di hati pelanggan. Bukan karena campaign bombastis, tapi karena kehadiran yang stabil.
Konsistensi itu underrated. Padahal justru dia yang bikin bisnis bertahan. Kita mungkin nggak disorot, nggak diliput, nggak viral. Tapi kita tetap jalan. Dan lama-lama, hasilnya ngumpul. Orang yang tadinya cuma liat, mulai percaya. Yang tadinya percaya, mulai beli. Yang udah beli, mulai cerita. Yang cerita, bawa pelanggan baru. Dan itu semua hasil dari satu hal sederhana yang terus diulang: hadir. Hadir. Hadir.
Masalah kita hari ini adalah terlalu mudah tergoda buat jadi kayak yang lain. Liat brand sebelah viral karena giveaway, kita ikutan. Liat kompetitor trending karena duet sama selebgram, kita langsung nyari talent juga. Padahal yang mereka jalanin itu mungkin cocok buat mereka. Tapi belum tentu cocok buat kita. Kita jadi kehilangan arah, karena sibuk nyontek langkah orang. Kita lupa bahwa yang bikin bisnis bertumbuh itu bukan gaya, tapi arah.
Dan arah itu dibangun dari konsistensi. Kita tahu siapa diri kita, kita tahu kenapa kita mulai, kita tahu siapa audiens kita, dan kita tahu apa yang mereka butuhin. Dari situ, kita bangun komunikasi. Kita perkuat layanan. Kita asah produk. Kita nggak perlu jadi yang paling rame. Kita cukup jadi yang paling relevan. Karena relevan itu lebih penting dari populer. Dan relevan hanya bisa dicapai kalau kita konsisten dengerin, konsisten hadir, dan konsisten adaptasi.
Satu hal yang harus kita pegang sebagai pebisnis: pelanggan itu bukan fans. Mereka nggak peduli seberapa keren kita tampil. Mereka cuma peduli, apakah kita bisa bantu hidup mereka jadi lebih baik. Mau itu lewat produk, lewat pelayanan, atau lewat pengalaman yang kita berikan. Kalau kita konsisten ngasih itu, mereka akan tetap sama kita. Bahkan tanpa harus kita gembar-gemborin. Bahkan kalau brand lain lebih rame. Karena buat mereka, kita adalah solusi. Dan solusi nggak perlu viral buat relevan.
Di sisi lain, viral bisa jadi blessing sekaligus kutukan. Banyak bisnis kecil yang secara nggak sengaja viral, terus kewalahan sendiri. Sistem belum siap, team belum kuat, branding belum mateng. Akhirnya kena badai ekspektasi. Karena orang yang dateng karena viral bawa ekspektasi tinggi. Mereka pengen dilayanin kayak brand besar, padahal kita masih tahap belajar. Dan di situ, tekanan luar biasa datang. Kita bisa burnout, kita bisa nyalahin diri sendiri, bahkan bisa mutusin buat nyerah. Semua karena kita kejar hasil instan, tapi lupa siapin fondasi.
Makanya, yang penting itu bukan viral. Tapi kesiapan. Dan kesiapan dibangun lewat proses. Lewat jam terbang. Lewat revisi demi revisi. Lewat konsistensi yang kadang membosankan. Kita mungkin ngerasa capek karena udah kerja keras tapi belum rame. Tapi percayalah, semua kerja keras yang kita lakuin hari ini bakal ngasih hasil. Bukan dalam bentuk trending topic, tapi dalam bentuk loyal customer. Dalam bentuk sistem yang kuat. Dalam bentuk brand yang dipercaya.
Ada juga kesalahpahaman bahwa viral itu ujung dari semua strategi. Padahal viral itu cuma tools. Dan tools tanpa strategi yang matang malah bisa bahaya. Kita perlu ngerti: viral buat apa? Kalau tujuannya awareness, gimana caranya awareness itu bisa dikonversi jadi penjualan? Kalau tujuannya engagement, gimana caranya itu bisa ngarah ke loyalitas? Tanpa arah yang jelas, viral cuma jadi fireworks yang cantik tapi nggak nyisain apa-apa.
Kita juga harus jujur sama diri sendiri, bahwa bangun bisnis itu emang proses yang panjang. Nggak semua orang bisa sabar di fase ini. Banyak yang mundur karena ngira mereka “gagal”, padahal mereka cuma belum nyampe. Kalau kita bandingin diri kita hari ini dengan startup besar yang udah 10 tahun jalan, ya jelas nggak apple to apple. Tapi kalau kita bandingin diri kita hari ini sama kita setahun lalu, kita akan sadar betapa jauhnya kita udah berkembang. Dan itu semua karena kita terus jalan.
Ngomongin konsistensi, itu nggak berarti kita ngelakuin hal yang sama terus-menerus tanpa evaluasi. Justru sebaliknya. Konsistensi itu artinya kita punya irama. Kita punya ritme yang terus kita rawat. Tapi di setiap irama itu, kita tetap peka. Kita tetap belajar. Kita tetap ngukur. Mana yang efektif, mana yang bisa diimprove, mana yang harus diganti. Jadi bukan keras kepala, tapi tekun. Bukan stagnan, tapi stabil.
Brand yang kuat dibangun bukan dari satu ledakan, tapi dari ribuan langkah kecil. Dan setiap langkah kecil itu ngasih kita pelajaran. Ngasih kita pemahaman yang makin tajam tentang market. Tentang produk kita. Tentang keunikan kita. Tentang cara kita connect dengan audiens. Lama-lama, kita ngerti ritme bisnis kita sendiri. Dan ketika orang lain sibuk lari-lari ngejar spotlight, kita udah siap buat jangka panjang.
Kalau hari ini kita posting tapi belum rame, ya udah. Tetap posting. Kalau hari ini kita ikut bazar tapi belum banyak yang beli, ya udah. Tetap senyum, tetap ngobrol, tetap kasih kesan baik. Karena semua yang kita tanam hari ini akan jadi buah satu hari nanti. Yang penting: tanam terus. Rawat terus. Jangan berhenti karena belum kelihatan hasil. Karena hasil itu datang ke orang yang konsisten, bukan yang tergesa-gesa.
Konsistensi juga punya efek psikologis yang luar biasa. Dia bikin kita punya kepercayaan diri. Karena kita tahu, kita bisa diandalkan. Kita tahu, kita mampu ngerjain sesuatu sampai selesai. Dan rasa percaya diri itu nular. Tim kita ngerasa aman. Pelanggan ngerasa yakin. Investor ngerasa tenang. Semua karena mereka lihat kita hadir terus. Di timeline. Di produk. Di etalase. Di kepala mereka.
Konsistensi bukan cuma soal konten atau marketing. Tapi juga soal kualitas. Soal pelayanan. Soal etika. Soal cara kita ngejawab komplain. Soal cara kita nanggepin feedback. Semua itu kalau dilakukan dengan konsisten akan jadi karakter. Dan karakter adalah fondasi terkuat dari brand. Karena brand bukan cuma logo atau warna. Tapi cara kita bikin orang merasa.
Jadi, buat semua yang lagi bangun bisnis, ingat: kita nggak perlu viral buat sukses. Kita cuma perlu jujur sama proses. Kita perlu sabar sama irama. Kita perlu tekun ngerjain hal-hal kecil dengan sepenuh hati. Karena bisnis itu bukan lomba sprint. Tapi maraton panjang. Dan pemenangnya adalah mereka yang bisa terus jalan, meskipun pelan.
Dan kalau suatu hari nanti kita emang viral, itu cuma bonus. Tapi kalau nggak pun, kita tetap punya arah. Tetap punya fondasi. Tetap punya pelanggan yang percaya. Karena kita udah ngebangun semua itu lewat konsistensi. Lewat kerja diam-diam yang nggak kelihatan. Tapi hasilnya? Jauh lebih nyata dari sekadar trending.