
Kebanyakan dari kita kalau mulai bisnis, pasti langsung mikir pengen jadi nomor satu. Nggak aneh sih, siapa coba yang nggak mau jadi paling besar, paling dominan, atau market leader di pasar? Kita terbiasa mikir bahwa kalau kita nggak nomor satu, berarti kita nggak berhasil. Tapi sebenernya, apakah kita bener-bener harus selalu jadi nomor satu buat sukses?
Kalau kita coba mikir sedikit lebih dalam, sebenarnya banyak banget bisnis yang nggak pernah jadi nomor satu, tapi justru sukses besar dan bertahan lama. Nggak percaya? Coba lihat aja di sekitar kita. Ada banyak bisnis yang sengaja memilih untuk nggak mengejar posisi nomor satu, tapi justru fokus di segmen pasar tertentu yang jelas, spesifik, dan bikin mereka bisa bertahan jangka panjang dengan profit yang sehat banget.
Misalnya, coba kita lihat brand-brand kopi lokal yang sekarang lagi banyak muncul. Apakah mereka semua harus bisa saingin Starbucks buat sukses? Belum tentu. Banyak dari mereka justru sukses besar dengan memilih niche market yang lebih kecil, spesifik, tapi loyal banget. Ada yang fokus di kopi rumahan, kopi siap saji murah meriah, atau kopi dengan konsep unik yang cuma bisa ditemukan di tempat mereka. Mereka nggak pernah jadi nomor satu di pasar kopi nasional, tapi mereka justru berkembang dengan stabil dan profitabel.
Sebenernya, kalau kita pikir-pikir, jadi nomor satu itu punya biaya yang mahal banget. Bener nggak? Coba deh, bayangin kita punya ambisi jadi market leader. Kita harus siap keluar modal besar buat marketing, branding besar-besaran, biaya ekspansi yang agresif, dan banyak lagi biaya tambahan lainnya. Belum lagi tekanan persaingan yang tinggi bikin kita selalu sibuk mikirin gimana caranya menangin market share dari pesaing utama.
Sedangkan kalau kita nggak ngotot jadi nomor satu, justru kita bisa lebih tenang, fokus, dan nggak perlu habis-habisan keluar biaya buat bersaing secara agresif. Kita bisa lebih santai, fokus bikin produk yang bener-bener unik, memperdalam pelayanan pelanggan, atau memperkuat value bisnis kita tanpa harus terus-terusan mikirin angka-angka market share.
Jangan salah lho, bisnis-bisnis kayak gini yang justru sehat dan langgeng. Banyak perusahaan kecil-menengah sukses yang memang nggak terkenal secara nasional, tapi revenue mereka stabil, pelanggan mereka loyal, dan profit mereka jauh lebih tinggi dibanding pesaing besar yang sibuk bakar uang demi dapetin posisi nomor satu. Mereka memilih strategi ini bukan karena mereka nggak mampu bersaing, tapi karena mereka sadar bahwa jadi nomor satu bukan satu-satunya ukuran sukses.
Misalnya aja perusahaan di bidang otomotif kayak Mazda. Mazda jelas nggak sebesar Toyota atau Honda, tapi mereka nggak pernah ngotot buat jadi nomor satu. Mereka sadar segmen pasar mereka adalah konsumen yang pengen produk lebih premium, dengan desain unik, kualitas tinggi, dan driving experience yang beda dari yang lain. Dan hasilnya? Mazda sukses besar di segmen pasar tersebut, nggak peduli apakah mereka jadi nomor satu di pasar otomotif global atau nggak.
Jadi, sebenarnya nggak harus selalu jadi nomor satu untuk sukses. Kita bisa kok jadi pemain nomor dua, nomor tiga, atau bahkan nomor sepuluh sekalipun, asalkan kita jelas di mana keunggulan bisnis kita dibanding kompetitor. Yang paling penting adalah gimana kita bisa mempertahankan posisi yang jelas di pasar, memenuhi kebutuhan pelanggan dengan baik, dan punya profitabilitas bisnis yang sehat.
Kadang kalau kita terlalu sibuk mengejar posisi nomor satu, kita malah lupa tujuan utama kita berbisnis. Kita malah terlalu fokus pada kompetitor, angka, pertumbuhan agresif, sampai lupa bahwa bisnis seharusnya tentang bagaimana memberi manfaat nyata buat pelanggan kita. Kita jadi kehilangan fokus, kehilangan jati diri, dan lama-lama malah kehilangan arah. Itu bahaya banget buat kelangsungan bisnis dalam jangka panjang.
Apalagi di era digital kayak sekarang, banyak banget bisnis baru yang mencoba merebut posisi nomor satu dengan modal besar, tapi justru akhirnya tumbang karena nggak kuat ngikutin persaingan. Sebaliknya, bisnis yang bisa fokus pada keunikan produknya, pelayanan yang baik, dan positioning yang jelas di pasar seringkali justru bertahan lama meski nggak pernah jadi nomor satu.
Selain itu, nggak jadi nomor satu di pasar juga punya keuntungan tersendiri. Kita bisa lebih leluasa buat eksperimen, mencoba hal-hal baru yang nggak bisa dilakukan oleh market leader karena risiko kehilangan pelanggan mereka jauh lebih besar. Kita bisa lebih fleksibel, lebih adaptif, lebih cepat pivot kalau perlu. Justru di posisi inilah inovasi lebih sering muncul.
Satu lagi yang penting, menjadi bukan nomor satu juga bikin kita lebih rendah hati dan terbuka terhadap kolaborasi. Kadang kalau kita terlalu dominan, kita cenderung merasa nggak perlu bantuan siapapun, padahal kolaborasi justru seringkali bikin bisnis lebih kuat. Di posisi yang nggak terlalu dominan, kita bisa lebih gampang bekerjasama dengan berbagai pihak tanpa khawatir kehilangan gengsi.
Jadi sebenernya mindset bahwa kita harus selalu jadi nomor satu itu perlu kita evaluasi lagi. Yang lebih penting adalah apakah bisnis kita profit, sehat secara finansial, punya pelanggan loyal, dan bisa berkembang secara sustainable. Percuma aja kita jadi nomor satu di pasar tapi margin kecil, stress tingkat tinggi, bisnis nggak stabil, atau bahkan sering mengalami kerugian.
Dalam bisnis, tujuan akhir kita seharusnya adalah kesejahteraan jangka panjang. Kita ingin bisnis yang nggak cuma sukses satu-dua tahun, tapi bertahan puluhan tahun dengan pelanggan yang loyal dan profitabilitas yang sehat. Nah, untuk mencapai hal ini, kita nggak perlu ngotot jadi nomor satu. Kita cuma perlu jelas dengan tujuan bisnis kita, menjaga kualitas produk dan layanan, mengelola keuangan secara hati-hati, dan selalu menjaga hubungan baik dengan pelanggan.
Inilah sebenarnya filosofi bisnis yang sehat. Nggak terlalu terjebak dalam persaingan yang nggak sehat, nggak harus selalu nomor satu di market share, tapi selalu jadi nomor satu di hati pelanggan kita. Karena percuma jadi nomor satu kalau cuma sesaat, tapi jauh lebih berarti menjadi nomor yang paling diingat pelanggan dalam jangka panjang.
Jadi, buat kita yang lagi bangun bisnis atau yang sedang menjalankan bisnis kecil, jangan berkecil hati kalau kita bukan nomor satu di pasar. Selama kita tahu posisi kita di mana, tahu keunggulan kita apa, punya pelanggan loyal, dan bisnis kita profitabel, itu sudah jauh lebih baik daripada sekadar mengejar posisi nomor satu tanpa fondasi yang kuat.
Ingat, dalam bisnis nggak selalu harus jadi yang terbesar, terkuat, atau nomor satu. Kita bisa sukses besar dengan jadi nomor dua, nomor tiga, atau bahkan nomor sepuluh sekalipun, asal kita fokus, konsisten, inovatif, dan yang paling penting: selalu memberikan nilai nyata buat pelanggan.
Karena pada akhirnya, tujuan kita berbisnis adalah menciptakan dampak, bukan sekadar mengejar posisi. Jangan sampai kita kehilangan arah karena sibuk mengejar posisi nomor satu yang nggak selalu berarti kesuksesan nyata. Yuk, mulai lebih bijak dalam menjalankan bisnis kita dari sekarang!