Slow Progress is Still Progress

slow progress is still progress
illustration

Well, mungkin akan ada orang yang kurang sepaham terkait slow progress yang bakal kita bahas di artikel ini. Cuma boleh dong kalau kita coba lihat dari sudut pandang lain. Cuma bukan berarti ini menjadi alasan untuk bermalasan. Ini tertuju untuk kita yang sekarang lagi berjuang, cuma kok terasa pencapaian berjalan lambat dan rasanya kok masih ditempat ya, why? perlukan worry?

Di zaman serba cepat kayak sekarang, kayaknya semua orang ingin terlihat sukses secepat mungkin. Rasanya semua yang lambat jadi salah. Padahal dalam bisnis, langkah lambat itu bukan berarti salah arah. Bahkan justru sering kali, langkah pelan itulah yang paling banyak menghasilkan pembelajaran. Slow progress is still progress. Dan justru di langkah-langkah kecil itulah banyak fondasi penting sedang dibangun.

Saat jalani bisnis, apalagi dari nol, banyak momen yang bikin frustasi karena semuanya terasa lambat. Pelanggan belum datang, omzet belum naik, sistem internal masih berantakan, tim belum kompak. Sementara di luar sana, orang-orang pamer omzet miliaran, buka cabang di mana-mana, kelihatan seperti selalu melaju cepat. Padahal faktanya, yang lambat bukan berarti kalah. Setiap bisnis punya waktunya sendiri.

Pelan itu bukan berarti diam. Kadang justru dalam fase pelan itulah banyak hal besar sedang dikerjakan di belakang layar. Lagi rapiin SOP, lagi beresin arus kas, lagi belajar memahami karakter konsumen. Semuanya nggak kelihatan dari luar. Tapi justru hal-hal kecil kayak gitu yang menentukan keberlanjutan bisnis ke depan. Dan nggak semua bisa diposting di Instagram.

Banyak bisnis yang kelihatannya diam, tapi sebenarnya lagi menyusun pondasi yang kuat. Orang sering kali cuma ngelihat hasil akhir tanpa tahu betapa ribetnya proses menuju ke sana. Padahal proses lambat itu wajar. Bisnis itu ibarat bangun rumah. Nggak bisa langsung bikin atap kalau pondasinya belum kuat. Kalau buru-buru, malah roboh.

Kadang yang bikin berat bukan karena jalannya lambat, tapi karena terus-terusan ngebandingin diri dengan bisnis lain. Ngelihat kompetitor sudah ekspansi, dapat banyak pelanggan, kerjasama dengan brand besar, langsung muncul perasaan minder. Padahal belum tentu juga mereka benar-benar stabil. Bisa jadi mereka sedang bakar uang, atau sedang numpuk utang. Kita nggak tahu isi dapurnya. Jadi lebih baik fokus ke perjalanan sendiri.

Yang perlu dijadikan patokan adalah diri sendiri enam bulan lalu. Apakah sekarang sudah lebih paham cara kelola bisnis? Sudah lebih disiplin soal keuangan? Sudah lebih sabar dalam ambil keputusan? Kalau iya, berarti sudah ada pertumbuhan. Sekecil apa pun, tetap dihitung. Yang penting konsisten.

Saat bisnis berjalan lambat, sering kali muncul godaan untuk pindah ke hal lain yang kelihatannya lebih cepat hasilnya. Ganti produk, ganti model, pindah pasar. Tapi seringnya, masalahnya bukan di jenis bisnisnya, tapi di ekspektasi yang terlalu tinggi dalam waktu terlalu pendek. Padahal semua butuh waktu. Butuh ketekunan. Butuh kesabaran untuk melihat hasil dari upaya yang dilakukan setiap hari.

Ada satu fase dalam bisnis yang sering diremehkan: fase beres-beres internal. Ini biasanya datang setelah bisnis mulai jalan tapi belum terlalu stabil. Di fase ini, kita mulai menyadari mana yang bocor, mana yang bikin rugi, mana yang harus diperbaiki. Rasanya nggak seru, karena nggak ada pencapaian besar. Tapi justru ini momen penting. Karena dari sinilah bisnis bisa naik level.

Kadang merasa capek karena orang lain kelihatannya melaju lebih cepat. Tapi kenyataannya, bisnis itu bukan lomba lari. Nggak ada garis finish yang sama. Ada yang jalan pakai motor, ada yang pakai sepeda, ada yang jalan kaki. Yang penting tetap bergerak, nggak berhenti. Karena berhenti itu yang bikin gagal, bukan lambatnya langkah.

Dan jangan salah, banyak bisnis legendaris justru dibangun dalam waktu lama. Mereka tumbuh perlahan, memperbaiki diri dari kesalahan, membangun sistem satu per satu, dan akhirnya bertahan puluhan tahun. Mereka tahu bahwa yang bertahan bukan yang paling cepat, tapi yang paling konsisten.

Kita juga perlu ngasih ruang buat diri sendiri. Boleh kok pelan-pelan. Boleh istirahat sejenak. Boleh mikir ulang arah. Nggak harus selalu kelihatan sibuk. Kadang berhenti sebentar justru bikin kita bisa lihat lebih jelas. Apa yang penting. Apa yang harus ditinggalkan. Apa yang harus diperkuat.

Menjalankan bisnis itu bukan soal kecepatan, tapi soal ketahanan. Seberapa tahan kita menghadapi naik-turun. Seberapa tahan kita terus belajar. Seberapa tahan kita konsisten meskipun nggak ada yang tepuk tangan. Karena pada akhirnya, yang lambat tapi terus jalan akan jauh lebih kuat dari yang cepat tapi hanya sesaat.

Jadi kalau sekarang bisnis masih jalan pelan, jangan panik. Jangan minder. Justru itu tandanya sedang tumbuh dengan benar. Sedang membangun akar, bukan cuma daun. Dan akar yang kuat akan menopang pohon dalam waktu yang sangat lama. Lambat itu bukan salah. Lambat itu bukan gagal. Lambat itu tetap bergerak. Dan selama masih bergerak, kita masih di jalur yang benar.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.