Semua berawal dari lemahnya daya tahan tubuh. Kena hujan langsung sakit, mudah sekali capek, dan rasanya pola hidup kok gak sehat sekali. Olahraga tidak ada, makanpun masih sembarangan, belum lagi tidur sering larut malam, dan tentunya rutinitas pekerjaan yang menuntut mobilitas tinggi. Jadi bener-bener kepikiran, kayaknya gak bisa gini lagi, harus mulai berbenah diri. Paling tidak, mulai dari olahraga.
Sempat kepikiran untuk rajin fitness, cuma kayaknya bakal susah atur waktu karena olahraganya harus ditempat fitness. Setelah pikir-pikir, yang paling make sense ya olahraga lari. Bisa dimana dan kapan saja tergantung niat dan kesempatan. Tidak ada alat-alat khusus, cukup ada sepatu dan seragam lari (tanpa inipun gak papa), udah bisa langsung lari. Gampang untuk dilakukan.
Awalnya sih berat, lari 5 KM itu ampun-ampunan, yang seharusnya non-stop, malah banyak stopnya. Akhirnya, lari 5 KM ditempuh 39 Menit atau 07.43 pace. Problem utama saya ada di napas, cepet ngos-ngosan, sepertinya memang ada teknis khusus. Benar sekali, setelah browsing-browsing, teknis napas yang ideal ketika lari adalah bernapas dengan mulut dengan irama yang konstan mengikuti gerak kaki. Alhasil setelah dipraktekkan, problem napas gak jadi masalah lagi, dan pace pun bisa diraih paling cepat di angka 05.42. Lumayan untuk seorang starter seperti saya. 😀
Terlepas itu semua, ada 3 manfaat yang benar-benar saya rasakan setelah hampir 3 bulan membiasakan lari (1 minggu 3 kali), yaitu:
1. Daya tahan tubuh
Ini bener-bener terasa. Pernah beberapa kali saya kehujanan, tapi kondisi badan tetap fit. Biasanya, pasti  sakit, kalau gak kena pilek, ya demam. Ada juga pengalaman ketika beberapa teman pada sakit flu berat  dan wabah itu menular ke teman-teman lainnya, Alhamdulillah itupun tidak ngaruh ke kondisi kesehatan saya, paling cuma pusing-pusing saja tapi masih bisa beraktifitas seperti biasa.
Entah karena efek olahraga lari ataupun hanya sugesti, tapi yang saya rasakan itu semua bermula dari semangat saya untuk mulai hobi olahraga lari dan saya yakini betul bahwa daya tahan tubuh bisa meningkat.
2. Lebih semangat
Percaya gak percaya, banyak ide-ide menarik ditemukan selama berlari. Bisa jadi karena lari itu mengajarkan untuk fokus, sehingga ketika memikirkan sesuatu jadi lebih khusuk..haha :D. Imbas dari itu, karena sebagian besar ide-ide yang saya pikirkan menyangkut pekerjaan, sehingga ketika beraktifitas terasa lebih semangat.
3. Lebih rileks
Setiap habis lari, badan dan pikiran terasa lebih rileks dan efeknya gak stop pas disitu saja, juga ngaruh ke aktifitas di esok hari.  Bisa jadi ini yang dimaksud dengan runner’s high, sensasi euforia di otak. Dari artikel yang saya baca, menurut ahli sains dalam bidang olahraga, Cedric Bryant, Ph.D, mengartikan runner’s high sebagai efek positif terhadap kondisi psikologis seseorang yang disebabkan olahraga dengan ritme tertentu dalam durasi yang lama, terutama yang terjadi pada olahraga lari.
Ada 4 hal yang mempengaruhi runner’s high, yaitu Pertama, peningkatan suhu tubuh yang mempengaruhi mood positif ketika berlari. Kedua, peningkatan kadar endorfin yang menyebabkan efek rileksasi dan euforia. Ketiga, Sekresi hormon noradrenaline yang memberikan efek penyeimbang mood dan energi pada otak yang lebih banyak saat seseorang sedang beraktivitas fisik. Hormon ini juga yang biasanya terkandung di obat untuk mengatasi gejala depresi. Dan yang keempat, yaitu Hormon pemicu, endocannabinoid, katanya sih hormon ini bisa memberikan efek seperti ganja (tapi yang ini positif), lebih kuat dibanding efek dari endorfin.
Serius banget pembahasan nomor 3 nya..haha 😀 (Saya juga baru tahu setelah baca artikel, dan semuanya jadi terlihat make sense).
Well, balik lagi kepertanyaan kenapa mulai hobi lari? bisa saya simpulkan, itu terjadi karena olahraga ini gak ribet, mudah dilakukan, dapat meningkatkan daya tahan tubuh, dan gak diharuskan mau dimana kapan. Ada niat, bisa langsung dikerjakan. Beda dengan olahraga yang mengharuskan ke suatu tempat atau membawa alat seperti badminton, sepak bola, sepeda ataupun basket.
Follow instagram saya di @agaiqbal
Mirfagah's Blog 